Jumat, 05 Februari 2010

Dalam Setiap Ucapan Terselip Kebenaran


Dari Suwaid bin al-Harits al-Azadi, dia berkata, “Saya adalah utusan gelombang ke tujuh dari kaum saya yang dikirimkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kami masuk ke rumahnya, kamipun berbicara dengannya. Beliau merasa heran dengan hiasan dan pakaian yang kami pakai. Maka Rasulullah pun shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa kalian?”

Kami menjawab, “Kami adalah orang mukmin.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum dan berkata, “Dalam setiap ucapan terselip suatu kebenaran. Lalu apakah kebenaran ucapan dan keimanan kalian?”

Kami menjawab, “Ada lima belas hal, yang lima diantaranya telah diperintahkan oleh utusanmu agar kami mempercayai kelima hal tersebut. Lima diantaranya lagi telah diperintahkan agar kami melakukannya. Lima yang sisanya adalah akhlak yang telah kita lakukan pada zaman jahiliyah, dan sekarang kita berada di dalamnya, kecuali jika ada salah satu dari kelima hal tersebut yang dibenci.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah lima hal yang telah diperintahkan oleh utusanku untuk kalian percaya?”

Kami menjawab, “Utusanmu menyuruh kami untuk beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya dan hari kebangkitan setelah kematian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dan apakah lima hal tersebut yang telah diperintahkan oleh utusanku untuk kalian kerjakan?”

Kami menjawab,”Dia memerintahkan kita untuk mengatakan ‘La ilaha illallah, melakukan shalat, menunaikan zakat, melakukan puasa Ramadhan dan menunaikan haji bagi orang yang mampu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Lalu apakah lima hal yang telah kalian lakukan pada zaman jahiliyah?”

Mereka menjawab, “Berterima kasih ketika memperoleh kelapangan, bersabar ketika tertimpa musibah, ridha menerima keputusan, bersikap baik dan dapat dipercaya ketika berada di tempat-tempat pertemuan dan tidak mencaci maki musuh.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Para hakim dan ulama, dengan pemahaman mereka, hampir saja menjadi (menyamai) para nabi.”

Kemudian beliau berkata lagi, “Dan saya tambahkan lima lagi. Sehingga semuanya menjadi dua puluh hal, yaitu: Janganlah kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan. Janganlah kalian membangun sesuatu yang tidak kalian tempati. Janganlah kalian berlomba untuk memperebutkan sesuatu, dimana sesuatu itu akan hilang esok paginya. Bertakwalah kepada Allah, yang hanya kepada-Nya lah kalian kembali dan hanya kepada-Nya lah kalian berkeluh kesah. Dan harapkanlah sesuatu yang dapat membuat dirimu maju dan dapat membuat dirimu kekal.”

Setelah itu, rombongan itupun keluar dari tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tetap menjaga dan mengamalkan wasiat tersebut. **

*) Dikutip dari buku “Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (edisi terjemahan “Dhahikun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu” oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh redaksi www.muslimah.or.id