Jumat, 09 April 2010

Kunci Surga Muslimah

Kunci Surga Muslimah
(Oleh: Ust. Izzudin Karimi, Lc)

Surga adalah idaman dan harapan setiap orang beriman, ia adalah akhir
perjalanan bagi semua orang yang taat dan patuh kepada Allah Subhanahu
waTa'ala dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Untuk menggapai surga, maka pentingnya seseorang untuk mengetahui kunci yang
dengannya dia dapat membuka pintu surga dan masuk ke dalamnya.

Dalam hal ini, Rasulullah shallallaahu 'alaih wasallam pernah menyebutkan
kunci surga yang khusus disediakan untuk para wanita yang kebanyakan kelak
menjadi penghuni neraka sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh beliau juga.
Dengan meraih kunci ini, niscaya dia tidak termasuk ke dalam golongan para
wanita penghuni neraka.

Rasulullah shallallaahu 'alaih wasallam telah merangkum kunci surga muslimah
dalam empat perkara, dari Abdurrahman bin Auf berkata, Rasulullah
shallallaahu 'alaih wasallam bersabda, "Jika seorang wanita menjaga shalat
lima waktu, berpuasa pada bulannya, menjaga kehormatannya dan menaati
suaminya, niscaya dia masuk surga dari pintu mana saja yang dia inginkan."
(HR. Ahmad nomor 1661, hadits hasan lighairihi).

Satu hal yang terpetik dari sabda Nabi shallallaahu 'alaih wasallam di atas
adalah bahwa beliau hanya menyebutkan perkara-perkara yang masuk ke dalam
jangkauan seorang muslimah, di mana seorang muslimah mampu melaksanakannya
tanpa bergantung kepada orang lain atau bergantung kepada suaminya, di sini
Rasulullah shallallaahu 'alaih wasallam tidak menyinggung, misalnya, haji,
karena pelaksanaan ibadah ini oleh seorang muslimah bergantung kepada suatu
perkara yang mungkin tidak dimilikinya, seperti tersedianya bekal haji atau
tersedianya mahram, di sini Rasulullah shallallaahu 'alaih wasallam juga
tidak menyinggung zakat, karena perkaranya kembali kepada kepemilikan harta
dan pada umumnya ia berada di tangan kaum laki-laki, karena harta adalah
hasil bekerja dan yang bekerja pada dasarnya adalah kaum laki-laki.

Kunci pertama, menjaga shalat lima waktu

Shalat adalah ibadah teragung, hadir setelah ikrar dua kalimat syahadat,
satu-satunya ibadah yang tidak menerima alasan 'tidak mampu', wajib
dikerjakan dalam keadaan apa pun selama hayat masih dikandung badan dan akal
masih bekerja dengan baik, pembatas antara seseorang dengan kekufuran dan
kesyirikan, tidak heran jika suatu ibadah dengan kedudukan seperti ini
merupakan salah satu kunci surga.

Jika menjaga shalat adalah kunci surga, maka sebaliknya menyia-nyiakannya
adalah gerbang neraka, ketika para pendosa dicampakkan ke dalam neraka,
mereka ditanya, apa yang membuat kalian tersungkur ke dalam neraka? Mereka
menyebutkan rentetan dosa-dosa yang diawali dengan meninggalkan shalat.
Allah Subhanahu waTa'ala berfirman, artinya, "Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?' Mereka menjawab, 'Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat." (QS.al-Muddatstsir: 42-43).

Perkara menyia-nyiakan shalat tidak jarang terjadi pada kaum muslimin secara
umum dan kaum muslimat secara khusus, banyak alasan dan hal yang membuat
mereka terjerumus ke dalam perbuatan tidak terpuji ini, di antara mereka ada
yang menyia-nyiakan shalat karena malas dan meremehkan, di antara mereka ada
yang terlalaikan oleh kesibukan hidup, sibuk bekerja, sibuk memasak, sibuk
mengurusi rumah tangga, sibuk mengurusi anak-anak dan suami, sibuk dengan
kegiatan-kegiatan lainnya sehingga ibadah shalat terbengkalai, padahal
ibadah shalat tidak menerima alasan apa pun yang membuatnya tersia-siakan,
dan Allah Subhanahu waTa'ala telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak
terlalaikan oleh dunia dari mengingatNya, termasuk mengingatNya melalui
ibadah shalat.

Firman Allah Subhanahu waTa'ala, artinya, "Hai orang-orang beriman,
janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
merugi." (QS. al-Munafiqun: 9).

Menjaga shalat lima waktu mencakup menjaga waktunya dalam arti
melaksanakannya tepat waktu, tidak menundanya dan mengulur-ulur waktunya
sampai waktunya hampir habis, atau bahkan membiarkannya habis, ini adalah
shalat orang-orang munafik, dan seorang muslimah tidak patut bermental
munafik dalam ibadah shalat.

Menjaga shalat mencakup menjaga syarat-syarat dan rukun-rukunnya di mana
shalat tidak sah tanpanya, menjaga wajib-wajib dan sunnah-sunnahnya yang
merupakan penyempurna bagi ibadah shalat, semua ini menuntut seorang
muslimah untuk belajar dan membekali diri dengan ilmu yang shahih tentang
shalat. Tanpa ilmu yang shahih tidak akan terwujud menjaga shalat.

Kunci kedua, berpuasa di bulannya

Puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu kunci surga, lebih dari itu di
surga tersedia sebuah pintu khusus bagi orang-orang yang berpuasa yang
dikenal dengan 'ar-Rayyan', pintu masuk para shaimin secara khusus, jika
mereka telah masuk, maka ia akan ditutup.

Di samping berpuasa sebagai kunci surga, ia juga merupakan tameng dan
pelindung dari neraka, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menyatakan,
ash-shaumu junnah, puasa adalah tameng atau pelindung, yakni dari api
neraka.

Karena puasa merupakan salah satu kunci surga sekaligus pelindung dari
neraka maka seorang muslimah harus menjaganya, dalam arti melaksanakannya
dengan baik, memperhatikan syarat, rukun dan pembatalnya, karena tanpanya
dia tidak mungkin berpuasa dengan baik.

Seorang muslimah juga harus memperhatikan perkara qadha puasa Ramadhan di
hari-hari lain jika dia mendapatkan halangan pada bulan Ramadhan sehingga
tidak mungkin berpuasa secara penuh, jangan sampai Ramadhan berikut hadir
sementara dia belum melunasi hutang puasanya, perkara mengqadha puasa di
hari lain ini sering terlupakan atau terabaikan, karena kesibukan hidup,
padahal ia adalah hutang yang jika tidak dilaksanakan maka seorang muslimah
tidak bisa dikatakan telah berpuasa di bulannya, selanjutnya dia gagal
meraih kunci kedua dari kunci-kunci masuk surga, dari sini bersikap
hati-hati dengan menyegerakan qadha adalah sikap bijak, karena penundaan
terkadang malah merepotkan dan menyulitkan.

Kunci ketiga, menjaga kehormatan.

Surga hanya bisa diraih dengan keshalihan, hanya wanita shalihah yang akan
masuk surga, shalihnya seorang wanita dibuktikan dengan beberapa sifat dan
akhlak, salah satunya dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri.
Allah Subhanahu waTa'ala berfirman, artinya, "Wanita yang shalih ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena
Allah telah memelihara (mereka)." (QS. an-Nisa`: 34).

Ayat ini menetapkan bahwa memelihara diri meruapakan wujud dari ketaatan
seorang wanita shalihah kepada Allah kemudian kepada suaminya.

Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sebaik-baik wanita adalah
wanita yang jika kamu melihat kepadanya, maka kamu berbahagia, jika kamu
memerintahkannya maka dia menaatimu, jika kamu bersumpah atasnya maka dia
memenuhinya dan jika kamu meninggalkannya, maka dia menjagamu pada diri dan
hartamu." (HR. an-Nasa`i)

Menjaga kehormatan berarti membentengi diri dari perkara-perkara yang
mencoreng dan merusak kehormatan, yang menodai dan menggugurkan kemuliaan,
dengan tetap bersikap dan bertingkah laku dalam koridor tatanan syariat yang
suci lagi luhur.

Menjaga kehormatan di zaman di mana ajakan dan propaganda kepada kerusakan
dan perbuatan keji semakin meningkat dan menguat, seruan dan arus serangan
yang ditujukan kepada wanita-wanita muslimah dengan agenda dan maksud
terselubung semakin gencar, menjaga kehormatan di zaman seperti ini terasa
demikian sulit dan berat, para penyeru dan para jurkam kerusakan membidik
wanita muslimah sebagai sasaran, mereka memakai dan menggunakan cara-cara
yang melenakan dan menggiurkan dengan nama kemajuan, modernisasi,
pemberdayaan, pengentasan, pembebasan dan kedok-kedok palsu lainnya,
zhahiruhu fihi ar-Rahmah, wa bathinuhu ya`ti min qibalihi al-adzab, racun di
balik kelembutan ular berbisa.

Dari sini maka seorang wanita muslimah harus jeli dan cermat sehingga dia
tidak termakan oleh rayuan gombal para serigala yang berbulu domba,
hendaknya seorang muslimah tetap berpegang kepada aturan-aturan dan
rambu-rambu Islam yang luhur lagi suci karena di sanalah terkandung
kebersihan dan kesucian diri, hendaknya seorang muslimah menimbang dan
mengukur setiap seruan dan ajakan dengan timbangan dan ukuran syar'i yang
baku dan menyeluruh, hal ini agar dia selamat dan tidak terjerumus ke dalam
perkara-perkara yang merusak kemuliaan dan kehormatannya.

Kunci keempat, menaati suami.

Menaati suami merupakan lahan dan medan besar dan luas bagi seorang
muslimah, ia merupakan ladang ibadah bagi seorang muslimah yang sesungguhnya
setelah penghambaannya kepada Rabbnya.